Kamis, 24 Desember 2009

poetry

IN SORROW FOR THE LOST PRINCE

A crow with a white head came,

They say, from the city wall and

Warned those in the great places

By pecking on the tiled roofs;

And the court, seeing it as a sign,

Fled, beaking their golden whips,

Killing nine of their best horses

In their mad flight; so was the

Imperial family separated;

Now, out on a country road, a youth

Of that family halts me; his

Valuables are hidden in his rags,

He sobs bitterly, refusing to give

His name; asking to be taken as a

Slave, because for over three months

Has he been hiding out in the

Waste lands, so that now his skin

Is badly torn and broken; yet still

The prominent nose of the imperial

House marks him as being different

From local lads;

Swiftly did I say to him,

“Now that

Wild beasts in the shape of men

Have occupied Changan,

Care for your own safety,

I cannot talk with you for long

In so public a place, but you must know

There has come defeat; the east wind stank

With blood,

Rebel camel trains from

The west

Have come to the capital,

Our once fine troops were

Beaten, why has their bravery

Changed to cowardice;

The emperor has abdicated

In favour of the prince who has

Brought in allies from Turkestan, and

These have tattooed their faces to say

They will restore the country;

Be ever vigilant of spies;

The spirits of your ancestors

Are with you, while there

Is life there is hope.”

(Copy of poetry from feng chih)

Rabu, 18 November 2009

artikel perbankan

Nama : Tika Nurmalasari

Kelas : 3EB04

NPM : 21207100

“PERBANKAN di INDONESIA”

Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Perbankan berperan penting dalam pangsa pasar dari system keuangan di Indonesia. Oleh karena itu, peranan perbankan harus di seimbangi dengan infrastruktur dan evaluasi kinerja yang memadai.

Dalam pengukuran hal yang harus di teliti adalah kinerja bank dan tingkat produktivitas dan efisiensi suatu bank. Indikator yang di gunakan dalam kinerja bank adalah pendekatan kinerja bank secara ekonomi. Pada hakekatnya kinerja ekonomi terdiri dari dua kinerja utama, yaitu
kinerja keuangan dan kinerja effisiensi – produktivitas. Di dalam industri perbankan, analisa yang banyak digunakan oleh banyak negara untuk mengukur kinerja keuangan dan mengevaluasinya adalah Capital (C), Asset Quality (A), Management (M), Earning(E), Liability (L), dan Sensitivity Market to Risk (S) yang biasa disingkat dengan CAMELS.

Sedangkan indikator dalam mengevaluasi tingkat produktivitas dan efisiensi suatu bank, digunakan pendekatan parametrik dan non-parametrik, (Mahadevan,2003) membagi parametrik dan non parametrik menjadi dua bagian yaitu frontier dan non frontier. Walaupun terjadi dua macam pendekatan dalam penilaian kinerja tetapi beberapa hasil studi menunjukan terdapat hubungan positip antara kinerja keuangan dan kinerja effisiensi (Liet al., 2001; Karim, 2001; Barr, et al, 2002; Abidin and Cabanda, 2006).

Selama ini, penilaian mengenai kinerja keuangan perbankan di Indonesia telah banyak dibahas dan disajikan dengan metodologi CAMEL namun tidak banyak tulisan yang menilai berdasarkan tingkat efisiensi. Di lain pihak, pemahaman akan kinerja efisiensi bank mutlak diperlukan dalam situasi persaingan industri perbankan yang semakin ketat seperti disyaratkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), kira-kira demikian..menurut banyak sumber.

KONDISI PERBANKAN di TAHUN 2009

Namun perbankan di tahun 2009 melemah yang disebabkan tingkat pertumbuhan kredit menurun. Hal ini akan berdampak pada naiknya jumlah kredit bermasalah (NPL). Penyebab dari melemahnya pertumbuhan kredit adalah seretnya likuiditas. Satu hal yang antara lain diindikasikan dari berkurangnya lebih dari dua kali lipat ekses likuiditas perekonomian yang disimpan dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), fasilitas BI, dan fine tuning operation (FTO).

Beberapa pekan terakhir, likuiditas perekonomian memang sedikit tertolong oleh suntikan devisa dari negara-negara yang melakukan billateral swap agreement dengan Indonesia seperti Cina. Tambahan dana sebesar 12 miliar dolar AS juga rencananya akan dihasilkan bila komitmen ASEAN Plus 3 bisa segera direalisasikan. Berbagai suntikan devisa ini akan secara langsung mengurangi tekanan terhadap likuiditas domestik melalui mekanisme uang inti.

Sayang, aliran likuiditas yang bertambah tidak serta merta bisa diterjemahkan dalam ekspansi kredit. Persoalannya, krisis global juga menyebabkan semakin akutnya segmentasi pasar perbankan domestik, yang menyebabkan suku bunga kredit komersial sulit turun (Baca: Deviasi BI Rate dan Suku Bunga Kredit).


Berbagai upaya terobosan yang diupayakan BI untuk mengatasi masalah ini, termasuk upaya penciptaan satu pooling fund, belum tanda-tanda menggembirakan. Bank masih saling enggan untuk meminjamkan dananya, karena profil risiko masing-masing yang belum sepenuhnya transparan. Solusi komprehensif segmentasi pasar perbankan ini agaknya harus menunggu sedikit lagi, hingga sah diundangkannya RUU Jaringan Pengaman Sistem Keuangan yang sampai saat ini masih berada di DPR.

Dengan berbagai masalah yang ada, tidak mengherankan bila laju pertumbuhan kredit sepnajang 2009 secara kumulatif bakal melambat di kisaran 15 persen persen. Begitu pula dengan perkiraan laju dana pihak ketiga yang hanya sebesar 11 persen.

Namun, sampai sejauh ini, perlambatan pertumbuhan kredit dan pemburukkan NPL tidak berdampak secara serius pada fundamental sistem perbankan domestik secara keseluruhan. Secara rata-rata, perbankan domestik masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio ––CAR) yang lebih dari cukup, sebesar 17 persen. Angka ini jauh di atas angka minimal sebesar 8 persen. Bantalan modal yang besar ini memungkinkan perbankan domestik untuk menyerap berbagai risiko yang mungkin timbul selama 2009. Pada awal 2009, tingkat NPL juga masih relatif terkendali di bawah 5 persen, meski sedikit meningkat dari angka 4 persen pada akhir 2008.

Fundamental perbankan yang baik ini merupakan modal yang sangat bernilai untuk mengarungi 2009. Tentu, pada tataran operasional perbankan, perlu ada upaya lebih untuk memperbaiki kinerja efisiensi ––yang saat ini masih tergolong cukup rendah dimana rasio BOPO masih sebesar 80an–– serta manajemen resiko dari masing-masing bank. Sebab dari pengalaman mutakhir yang ada, dalam kasus bank Indover dan Century, runtuhnya suatu bank kerap disebabkan oleh manajemen resiko yang amburadul bahkan kriminal. Selain itu, diharapkan nasabah ikut serta dalam mengawasi laporan-laporan kegiatan bank. Sehingga kasus bank Indover dan Century tidak akan terjadi kembali.

Secara bersamaan, upaya perbaikan di skala mikro ini perlu dibarengi oleh upaya di tataran makro berupa konsolidasi perbankan. Konsolidasi yang kerap dilakukan melalui merger selain mengurangi keakutan problem segmentasi pasar perbankan, juga akan mengurangi beban pengawasan otoritas moneter.

Upaya lain pada tataran makro yang perlu terus dilanjutkan bahkan diperkuat adalah kebijakan tata kelola yang berhati-hati (prudential regulation), termasuk dalam hal transaksi derivatif dan valuta asing yang sudah diterapkan. Kebijakan dari BI ini adalah salah satu yang telah menyelamatkan perbankan nasional hingga saat ini, sehingga perlu untuk diteruskan dan jangan justru dilonggarkan.

Di samping perbaikan manajemen resiko dan tata kelola bank, ada baiknya BI juga memberikan arahan sektoral bagi ekspansi kredit sebagai satu petunjuk operasional perbankan. Guidance ini tentunya harus bersifat spesifik dan berbeda pada masing-masing daerah. Pada titik ini, kantor-kantor BI yang tersebar di hampir seluruh pelosok nusantara harus difungsionalisasikan sebagai ujung tombang dalam memberikan arah sektoral yang bersifat lokal.

Eksistensi perbankan Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengetahui, mempelajari dan memperbaiki perubahan-perubahan di lingkungan eksternalnya, baik pada lingkup nasional maupun internasional. Perubahan-perubahan yang penting untuk dicermati adalah :

  • Perubahan struktur dan karakter perekonomian nasional sebagai akibat dari perubahan struktur insentif pasca-krisis.
  • penerapan otonomi daerah.
  • fenomena globalisasi dan regionalisasi.

Jumat, 30 Oktober 2009

Replying Order

PT. JAYA ABADI ELECTRONICS

Jln. Raya Merdeka No. 25

Semarang 12345

Your ref : AM/L/2B

Our ref : MP/DC/21

30th October,2009


Mrs. Tika Nurmalasari

Purchase Manager

PT. Tiga Serangkai

Jln. Prambanan I No. 147

Kebayoran Baru – South Jakarta


Dear Mrs. Tika Nurmalasari

Subject : Purchase Order No. 417

We thank you for your order of 23rd October and welcome you as one of our customers.

All item that you order are in stock, and we will be delivered within a week by train with our pro-forma invoice. We fell confident that you will be immediately satisfied with these goods.

We hope you will find these goods satisfactory and look forward to receiving further orders from you in future.


Yours Sincerely,


Green White

Manager

Jumat, 23 Oktober 2009

TUGAS ORDER LETTER

PT. TIGA SERANGKAI

Jln. Prambanan I No. 147

Kebayoran Baru - South Jakarta

____

Your Ref : MP/DC/21

Our Ref : AM/L/2B

October 23th, 2009

Mr. Green White

Manager

PT. Jaya Abadi Electronics

Jln. Raya Merdeka No. 25

Semarang 12345

Dear Mr. Green :

Subject : Purchase Order No. 417

Thank you for have been enclosing your catalogue, price-list, terms of payment, and terms of delivery to us. We should be glad if you would accept our order for the following goods.

We have learned also discussion your catalogue and are pleased with the quality of you offered.

We shall pay for the good by banker's transfer on receipt of your pro-forma invoice and request delivery within two weeks. And send our warehouse address.

We look forward to receiving your advice of delivery by return.

Your sincerely,

Tika Nurmalasari

Purchase Manager

PT. TIGA SERANGKAI

Jln. Prambanan I No. 147

Kebayoran Baru - South Jakarta

Purchase Order

No. 417

To : PT. Jaya Abadi Electronics

Jln. Raya Merdeka No. 25

Semarang 12345 Date : October 23th, 2009

QTY

Please Supply : Item

Catalogue No :

Price / Unit ( Rp )

Total

50

50

50

100

50

Washing Machines Sharp

Washing Machines Denpoo

Washing Machines Electrolux

Vacum Cleaner Sharp

Vacum Cleaner Sanyo

A1135

B 250

Z125

T 225

V 1657

1.000.000

1.200.000

800.000

500.000

200.000

50.000000

60.000.000

40.000.000

50.000.000

10.000.000

TOTAL 210.000.000

Delivery Date Required Terms For Indonesia modern

Office Equipment

November 1st,2009 25 Days From Receipt Tika Nurmalasari